Beranda | Artikel
Belum Mengenal Allah
Selasa, 25 April 2017

Bismillah.

Tidaklah diragukan, bahwa nikmatnya hidup adalah dengan menundukkan diri dalam pengabdian kepada Allah. Mengabdi kepada Allah artinya menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Tunduk kepada-Nya dengan mengikuti ajaran rasul-Nya. Tidak mempertuhankan hawa nafsu dan perasaan, atau logika dan tradisi lingkungannya.

Akan tetapi apabila kita cermati, banyak manusia justru terjebak dalam pengabdian kepada selain Allah, apakah itu berupa berhala, sesembahan tandingan selain Allah, kuburan, thaghut, setan, jin, hawa nafsu, perasaan, tradisi dan pendapat akal pikiran semata. Banyak orang tidak sadar bahwa selama ini dirinya menghamba kepada selain Allah. Dia benci dan ridha karenanya. Dia memberi dan tidak karenanya. Dia datang dan pergi karenanya. Dia tersenyum dan tidak karenanya. Dia gembira dan sedih karenanya. Segala akal pikiran dan hawa nafsunya telah tunduk, tergila-gila, dan takluk di hadapan sesembahan selain Allah.

Oleh sebab itu di dalam al-Qur’an Allah menegur orang-orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai pujaannya. Allah juga menegur orang-orang yang menjadikan tradisi nenek moyang sebagai standar kebenaran. Allah pun menegur orang-orang yang menjadikan pendeta dan ahli ibadah mereka sebagai sesembahan tandingan selain-Nya. Sebagaimana Allah menegur orang-orang yang beribadah dan berdoa kepada orang-orang salih dan jin atau malaikat dengan alasan supaya mereka lebih mendekatkan diri kepada Allah dan dalam rangka mencari pemberi syafaat di hadapan-Nya. Mereka adalah orang-orang yang salah jalan dan menyimpang dari kebenaran.

Sungguh menyedihkan keadaan orang-orang yang meninggalkan Allah dan menceburkan diri ke dalam jurang pengabdian kepada thaghut. Mereka telantarkan dirinya dan mencelakakan dirinya sendiri. Amal-amal kebaikan mereka pun sirna. Bagaikan debu-debu yang beterbangan, sia-sia di hadapan Rabbnya. Pada waktu mereka butuhkan amal salih tetapi ternyata semua amal kebaikan itu sirna dan lenyap sehingga tidak bisa menyelamatkan mereka dari azab-Nya. Walaupun mereka memiliki kekayaan sepenuh isi bumi, hal itu tidak bisa menebus azab Allah; karena kekafiran dan kemusyrikan yang mereka pertahankan demi hawa nafsu dan logikanya yang rusak.

Belum mengenal Allah. Inilah keadaan banyak orang. Walaupun mereka yakin bahwa Allah yang menciptakan mereka, yang memberikan rezeki kepada mereka, dan yang mematikan mereka. Akan tetapi mereka persembahkan sebagian ibadahnya kepada selain Allah, apakah itu berupa sembelihan, nadzar, istighotsah, doa, tawakal, dan lain sebagainya. Mereka mencintai sesembahan selain Allah itu sebagaimana kecintaannya kepada Allah. Mereka takut kepada sesembahannya seperti rasa takutnya kepada Allah atau bahkan lebih besar lagi. Mereka bertawakal kepadanya, cinta dan benci karenanya, harap dan takut karenanya. Betapa malang keadaan mereka…

Tidak bisa merasakan manisnya ibadah dengan ikhlas kepada Allah. Tidak bisa merasakan lezatnya dzikir dan ketaatan kepada Allah. Lisan mereka kelu, hati mereka beku, dan anggota badan mereka seolah lumpuh untuk melangkah menuju rumah-rumah Allah, untuk menghadiri majelis ilmu, untuk mendengar nasihat dan petunjuk. Mereka normal secara fisik tetapi cacat secara rohani. Jasad mereka berjalan tetapi hati mereka telah terbelenggu hawa nafsu dan terjungkal dalam pengabdian kepada setan. Mereka melihat kebenaran sebagai kebatilan dan kebatilan justru dinilai sebagai kebaikan dan kemajuan. Musibah dan bencana yang sangat besar ketika seorang insan telah tertimpa keadaan semacam ini. Hanya Allah yang bisa mengentaskannya dari kehinaan, kegelapan, dan kesesatan ini. Hanya Allah yang bisa berikan taufik kepadanya…

Saudaraku yang dirahmati Allah, mengapa kita begitu tidak peduli dengan agama ini. Padahal agama ini adalah sumber kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat. Saudaraku, kepedulian kita kepada agama ini bukan karena Allah butuh kepada anda, akan tetapi sesungguhnya kita lah yang butuh kepada Allah dan bantuan dari-Nya.

Kita yang butuh kepada hidayah dari Allah dan pertolongan-Nya. Siapakah anda sehingga merasa berjasa kepada Allah? Apakah anda yang menciptakan langit dan bumi? Apakah anda yang menurunkan hujan? Apakah anda yang menumbuhkan tanam-tanaman di ladang dan sawah petani? Apakah anda yang meniupkan ruh kepada janin di dalam rahim ibunya? Apakah anda yang memberikan rezeki kepada para pegawai, pedagang dan semua orang yang mengais rezeki setiap harinya? Apakah anda yang memberikan nyawa ke dalam tubuh anda sendiri?!   

Belum mengenal Allah. Inilah sebab mengapa manusia begitu larut dalam pengabdian kepada setan dan tergoda dengan segala tipu dayanya. Mereka tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benar pengagungan kepada-Nya. Mereka melupakan Allah maka Allah pun melupakan mereka. Mereka ingin menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal sebenarnya mereka tidak menipu kecuali dirinya sendiri. Betapa merugi keadaan orang-orang yang mengabdi kepada selain Allah! Dia menyangka sesembahannya bisa menolongnya, padahal pada hari kiamat semua sesembahan selain Allah akan berlepas diri dari pemujanya dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Allah pun menggambarkan bahwa keadaan orang-orang yang mengangkat sesembahan selain Allah seperti orang yang membuat rumah dari sarang laba-laba. Sesungguhnya rumah yang paling lemah itu adalah sarang laba-laba. Mereka mengira dengan sarang laba-laba bisa terlindung, padahal sarang laba-laba tidak kuat melindungi mereka. Mereka kira sarang laba-laba bisa menghindarkan mereka dari bahaya. Padahal sarang laba-laba sangat mudah ditembus dan dihancurkan dalam seketika. Wahai, apa yang membuat anda menganggap sarang laba-laba adalah istana?!

Saudaraku yang dirahmati Allah, betapa menyedihkan keadaan orang-orang yang tidak mengenal Allah secara hakiki. Mereka hanya mengenal Allah di saat musibah menimpa dan lupa kepada Allah di saat nikmat menyelimuti. Mereka mengenal Allah di saat kesenangan diperoleh di jalan-Nya namun mereka melupakan Allah di saat agama Allah butuh perjuangan dan pengorbanan. Mereka tidak mengenal Allah atau belum mengenal Allah dengan sebenarnya. Mereka hanya ingat bahwa Allah maha pengampun, sementara mereka lupa bahwa Allah maha keras siksanya. Mereka hanya ingat bahwa Allah maha pemberi rezeki tetapi mereka lupa kewajiban syukur kepada-Nya. Mereka ingat bahwa nikmat datang dari-Nya tetapi mereka lalai dari berdzikir kepada-Nya.

Banyak orang menangis dan berkabung ketika nyawa sebagian saudaranya tercabut dan pergi ke alam berikutnya. Akan tetapi betapa sedikit orang yang menangisi keadaan dirinya sendiri yang jauh dari Rabbnya, jauh dari dzikir kepada-Nya, jauh dari syukur kepada-Nya, jauh dari tawakal kepada-Nya, dan lebih akrab dan gandrung dengan sesembahan selain-Nya.

Apabila para salafus shalih dahulu menangis karena kehilangan sebuah kesempatan untuk berlomba dalam meraup pahala sementara mereka adalah generasi yang telah pendapatkan pujian dari Rabb pencipta alam semesta, adapun kondisi sebagian manusia di zaman ini -sayang seribu sayang- justru tertawa-tawa dan bergembira ria dalam keadaan mereka tenggelam dalam lembah nista dan jurang dosa!! Semoga Allah beri hidayah kepada kita dan mereka…

Bertanyalah kepada diri anda sendiri. Apa yang membuat kita jarang menangis karena Allah. Bisa jadi sudah terlalu banyak tumpukan dosa yang membendung dan ‘mematikan’ mata air taubat dan penyesalan di dalam dada. Sebagaimana dikatakan oleh para ulama, bahwa keringnya mata -dari air mata taubat- adalah karena keringnya hati dari dzikir dan rasa takut kepada-Nya.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/belum-mengenal-allah/